Pembangunan Kota Semarang dari tahun ke tahun telah menunjukkan perkembangan yang pesat. Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi yang stabil didukung dengan iklim investasi yang kondusif. Dari sektor industri dan perdagangan, perkembangan yang pesat tersebut juga dapat diamati dari berbagai pembangunan proyek properti baru. Seiring dengan perkembangan ini, peningkatan pembangunan di Kota Semarang telah menimbulkan permasalahan kerusakan lahan yang terjadi di beberapa daerah aliran sungai serta penurunan muka tanah khususnya di Semarang bagian utara. Selain itu, pertumbuhan penduduk juga turut memicu kerusakan tersebut diakibatkan oleh adanya peningkatan kebutuhan ketersediaan sumberdaya lahan dan pemenuhan sumber air bersih.
Di antara 16 kecamatan yang ada di Kota Semarang, Kecamatan Semarang Utara tergolong sebagai daerah padat penduduk. Beberapa kelurahan sering dilanda banjir genangan, karena letaknya yang rendah dekat pantai dan juga daerah ini merupakan muara sungai-sungai besar yang ada di Semarang. Tiga faktor yang diduga menjadi penyebab terjadinya banjir genangan di daerah ini antara lain (1) kondisi topografinya yang relatif datar; (2) padatnya daerah hunian dan kurang teraturnya saluran drainase sehingga menyebabkan aliran air tidak lancar; (3) lokasi dekat pantai dan letaknya di muara sungai sehingga saat terjadi pasang, air laut masuk melalui sungai dan terus mengalir melalui saluran drainase ke permukaan.
Pemerintah Kota Semarang sebenarnya telah melakukan upaya untuk menanggulangi bencana banjir genangan tersebut yakni dengan membangun kanal air. Kota Semarang memiliki dua kanal utama yaitu Banjir Kanal Barat (BKT) dan Banjir Kanal Timur (BKT). Kedua kanal tersebut memiliki fungsi utama sebagai pengendali banjir Kota Semarang. Namun, kapasitas dari kedua kanal tersebut untuk menjalankan fungsinya dengan baik mulai berkurang. Sebagai contoh, pada Desember 2021 lalu, BKT meluap hingga menggenangi jalan dan pemukiman setelah diguyur hujan deras dari sore hingga malam. Berkurangnya kapasitas kanal sebagai pengendali banjir diakibatkan oleh tingginya sedimentasi, pemanfaatan ruang sungai yang tidak tepat, serta penumpukan sampah di badan sungai.
Dalam mitigasi bencana geologi, termasuk banjir, pendekatan dalam penanggulangan bencana bisa dilakukan salah satunya dengan mempelajari kejadian banjir di masa lampau. Tujuannya adalah untuk lebih memahami siklus sedimentasi karena banjir sendiri sebenarnya merupakan peristiwa alam yang berkaitan erat dengan proses sedimentasi. Studi mengenai penyebab utama banjir di Kota Semarang sendiri saat ini masih terbatas. Secara umum, banjir terjadi ketika sungai tidak lagi mampu menampung air sehingga air akan meluap ke daerah di sekitar badan sungai. Berkurangnya daya tampung sungai salah satunya dapat terjadi karena tingginya tingkat sedimentasi.
Dari sudut pandang geologi, salah satu metode yang bisa diterapkan dalam mempelajari proses sedimentasi adalah dengan analisis karakteristik fisik dan kimia sedimen. Contohnya dengan metode granulometri dan geokimia. Analisis tersebut berguna dalam interpretasi proses pengendapan sedimen dan identifikasi endapan banjir yang pernah terjadi di masa lampau. Analisis granulometri atau besar butir merupakan metode analisis fisik sedimen yang akan memberikan petunjuk penting mengenai asal mula partikel sedimen tersebut terendapkan, sejarah transportasi, dan kondisi pengendapan sedimen tersebut. Metode geokimia yang lazim dilakukan dalam analisis sedimentasi salah satunya adalah dengan X-Ray Flourescence (XRF). Analisis XRF adalah metode yang digunakan untuk menentukan komposisi unsur kimia dari suatu material. Material yang dianalisis dapat berupa zat padat, cair, maupun dalam bentuk bubuk. Metode dengan cepat, akurat, dan tidak merusak dan hanya memerlukan sampel yang sedikit menjadikan XRF merupakan analisis yang sangat berguna untuk mendukung data kandungan unsur kimia suatu material.

Contoh sedimen yang bisa dianalisis untuk mengetahui sejarah sedimentasi.
Tim peneliti Teknik Geologi Undip dari Laboratorium Sumberdaya Energi (SDE) pada tahun 2022 telah melakukan penelitian tentang proses sedimentasi di dua kanal banjir utama yang dimiliki Kota Semarang. Penelitian tersebut menggunakan metode analisis ukuran butir dan XRF untuk mengetahui sejarah sedimentasi dan menelusuri adanya peristiwa banjir di lokasi penelitian. Objek yang dianalisis adalah berupa sampel sedimen yang diambil di muara sungai (lepas pantai) dari dua kanal banjir utama Kota Semarang yakni Banjir Kanal Barat (BKB) dan Banjir Kanal Timur. Hasil penelitian ini memperlihatkan kondisi fisik sedimen dari analisis besar butir sampel BKB yang menunjukkan mekanisme transportasi yang dominan dipengaruhi oleh proses fluviatil (sungai) terutama pada kedalaman 18 – 22 cm. Hal ini didukung oleh analisis geokimia yang menunjukkan unsur Zr, Sr, Fe, Mn, Ti dan Ca mengalami kenaikan pada interval kedalaman tesebut. Sedangkan unsur K, Rb, dan Zn menunjukkan grafik yang berlawanan yaitu mengalami penurunan. Kenaikan unsur Fe dan Mn dapat menjadi indikator semakin kuatnya pengaruh pengendapan dari darat, atau dapat diinterpretasikan sebagai sebuah peristiwa banjir. Sementara itu pada analisis besar butir sampel BKT tidak ada perbedaan mekanisme yang mencolok pada tiap fasies, dimana seluruh fasies terendapkan pada kondisi aliran air yang cenderung tenang. Jika dilihat pola perubahan komposisi geokiminya, juga tidak terlihat adanya perubahan yang signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa pengendapan sedimen di Banjar Kanal Timur tidak terpengaruh atau sedikit terpengaruh proses pengendapan dari darat.

Tim peneliti melakukan kegiatan pengambilan sampel sedimen
Hasil penelitian tim peneliti Laboratorium SDE Teknik Geologi di atas menunjukkan bahwa kejadian banjir di masa lampau dapat dilacak dan ditelusuri dengan baik. Jika penelitian semacam ini banyak dilakukan maka semakin dalam pula kita memperoleh pengetahuan tentang banjir. Hal tersebut dapat menjadi dasar dan acuan dalam menyusun kebijakan terkait penanggulangan banjir di Kota Semarang.
Artikel ditulis oleh: Anis Kurniasih, S.T., M.T. (Departemen Teknik Geologi FT Undip)