Pidato Pengukuhan Guru Besar :

Prof.Dr.rer.nat. Ir. Thomas Triadi P, ST,M.Eng., IPU, ASEAN Eng.

Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.

Kebutuhan air bersih di Kota Semarang sebagian besar berasal dari air tanah. Banyak sektor yang memanfaatkan air tanah sebagai sumber air mereka, sehingga eksploitasi air tanah terus meningkat dan memberikan dampak negatif bagi lingkungan. Hasil dari pemetaan hidrogeologi air tanah tertekan menunjukkan muka air tanah tertekan mengalir dari selatan ke utara/timur laut Kota Semarang. Analisis hidrogeokimia menunjukan air tanah pada akuifer tertekan memiliki nilai pH dari netral sampai basa dan rasa air dari sangat baik hingga asin berdasarkan nilai daya hantar listrik. Beberapa parameter kimia melebihi baku mutu air minum. Komposisi utama kation tersusun oleh unsur Na+, K+ dan Ca2+ serta anion utama yakni Cl.  Hasil analisis statistik multivarian menunjukkan terdapat 9 parameter yang mempengaruhi kualitas air tanah, yaitu: TDS, DHL, Hardness, Ca2+, Fe2+, Mn2+, K+, Na+, dan Cl. Dari 9 variabel didapatkan 2 faktor yang mempengaruhi kualitas air tanah yaitu faktor intrusi air laut yaitu meliputi variable TDS, DHL, K+, Na+ dan Cl dan faktor litologi dan antrophogenik meliputi parameter hardness, Ca2+, Fe2+dan Mn2+. Pengelolaan air tanah perlu diarahkan pada keseimbangan antara upaya konservasi dan pendayagunaan air tanah yang terintegrasi dalam kebijakan dan pola pengelolaan sumber daya air berwawasan lingkungan. Masyarakat memanfaatkan air tanah sebagai sumber air karena memiliki kualitas relatif baik daripada air permukaan dan tidak membutuhkan pengolahan. Air tanah juga di nilai lebih murah dan mudah memperolehnya. Air tanah dieksploitasi secara berlebihan di sebagain besar wilayah perkotaan. Akibatnya air tanah menjadi salah satu sumber daya yang ketersediaannya semakin terbatas. Usaha dalam mengurangi penggunaan air tanah telah dilakukan, seperti penggunaan air permukaan yang dikelola oleh perusahaan air minum daerah. Namun produksi air bersih dari perusahaan minum daerah yang berasal dari air permukaan tidak mencukupi permintaan, sehingga perusahaan tetap melakukan eksploitasi air tanah untuk menambah produksi air bersih mereka. Selain itu permasalahan mengenai cakupan layanan perusahaan air yang buruk dan ditambah dengan kurangnya penegak izin membuat banyak industri dan perumahan memanfaatkan air tanah secara besar-besaran. Data dari Idris (2019) menunjukkan bahwa sumber air baku di Indonesia masih menggunakan air tanah. Permasalahan pengelolaan air tanah disebabkan timbulnya kompetisi penggunaan air tanah oleh berbagai pihak karena perkembangan jumlah penduduk dan industri cenderung meningkat, namun ketersediaan air tanah cenderung tetap. Selain itu ketidakpastian hukum mengakibatkan pengawasan dan pengendalian tidak terlaksana secara optimal serta ketidaksesuaian penggunaan air tanah dengan perencanaan penataan ruang.

Melihat besarnya pemanfaatan air tanah di Indonesia memberikan dampak pada ketersediaan dan kualitas air tanah. Pemanfaatan air tanah yang tidak berwawasan lingkungan akan memberikan dampak buruk terhadap kondisi air tanah. Dampak primer yang timbul sebagai akibat pengelolaan air yang kurang tepat berkurangnya ketersediaan air tanah. Selanjutnya dapat muncul dampak lanjutan seperti penurunan muka tanah (land subsidance), masuknya air laut ke daratan (rob) dan peristiwa masuknya air laut ke dalam lapisan air tanah (intrusi air laut) yang dapat terjadi terutama di kawasan pesisir. Dampak-dampak yang muncul akan berakibat pada kerusakan lingkungan air tanah yang lebih luas, seperti penurunan kualitas air tanah.

Menurut IEC (Indonesian Environment Center), terdapat 3 aspek pengelolaan air tanah, yaitu aspek pemanfaatan, aspek pelesatarian dan aspek pengendalian. Ketiga aspek ini saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan.

Kegiatan pengelolaan air tanah dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya:

  1. Pembangunan sumur pantau secara online/realtime untuk pengamatan muka air tanah dan kualitasnya
  2. Pembangunan Sumur Resapan Dalam dan Resapan Dangkal
  3. Pemetaan Potensi dan Konfigurasi Air Tanah Serta Pemetaan zona Pemanfaatan dan Konservasi Air Tanah
  4. Pengawasan dan Sosialisasi Pengendalian Pemanfaatan Air Tanah
  5. Pemodelan numerik aliran air tanah dan pergerakan partikel kontaminan