PENDAHULUAN

Perumahan, merupakan bagian tidak terpisah dalam kehidupan manusia, termasuk salah satu prasarana dasar fisik yang sangat dibutuhkan dalam pemenuhan kebutuhan hajat hidup manusia, selain pemenuhan akan pangan dan sandang. Kebutuhan manusia akan rumah cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, sementara ketersediaan lahan relatif sangat terbatas, bahkan cenderung mengalami penurunan luasan dari tahun ke tahun. Hal ini mengakibatkan kebutuhan lahan untuk penyediaan rumah atau perumahan cenderung tidak dapat terpenuhi secara keseluruhan, baik secara kuantitas (luasannya) maupun kualitas (kesiapan dan kemudahan dalam pembangunan dan pemeliharaan). Hal ini mengakibatkan masyarakat (baik perorangan maupun pengembang/developer) berusaha mendapatkan lokasi lahan untuk perumahan cenderung mencari lokasi dengan kualitas lahan seadanya dengan harga yang relatif murah. Kondisi yang demikian ini, menyebabkan beberapa lokasi permukiman berada pada daerah yang kurang layak untuk tempat tinggal, seperti pada lokasi lereng yang cukup curam, lokasi yang labil (mudah bergerak), maupun lokasi yang rawan banjir.

Pemilihan calon lokasi lahan untuk tempat tinggal/perumahan yang baik, disamping memperhatikan kemudahan prasarana jalan, jaringan energi, kemudahan air baku, juga perlu memperhatikan kualitas lokasi, yang meliputi kemantapan tanah, kemiringan morfologi/lereng, kestabilan tanah, bebas dari kemungkinan gerakan tanah, juga pergeseran tanah pendukung. Untuk itu sangat diperlukan pengetahuan tentang kondisi geologi pada calon lokasi yang akan dijadikan lokasi perumahan. Terlebih pada lokasi banyak rumah yang biasanya dilakukan oleh para pengembang perumahan/developer.  Kesalahan atau kekurangcermatan seseorang di dalam menentukan lokasi perumahan, dapat berakibat kerugian dalam jumlah besar dan berlangsung dalam jangka waktu yang panjang.

Tanah, pada kedalaman tertentu merupakan tempat berpijaknya suatu bangunan rumah. Pada tanah (baca : lokasi) yang stabil, tidak mudah gerak, baik ketika terjadi getaran (gempabumi, ada kendaraan berat melintas), maupun pada saat musim penghujan, maka bangunan akan kokoh berdiri, tidak mudah retak, tidak mudah bergerak, sehingga penghuni akan terasa nyaman dan aman, menghemat beaya (tidak perlu perbaikan bangunan yang retak dan sebagainya.

ISSUE LINGKUNGAN DALAM PEMBANGUNAN

 Kota Semarang, sebagai kota metropolitan, terus berbenah, menyediakan banyak perumahan untuk memenuhi kebutuhan rumah tinggal bagi warga kota. Sejumlah lokasi perumahan banyak tersebar di berbagai tempat, baik pada lokasi kota Semarang bawah, maupun pada bagian kota Semarang atas (wilayah perbukitan). Sayangnya, beberapa lokasi yang dipilih dijadikan lokasi perumahan tersebut, terdapat beberapa gejala yang menunjukkan terdapatnya permasalahan tanah dasar yang terkait dengan permasalahan geologi (seperti terdapatnya tanah lempung yang mudah mengembang, pada sekitar lokasi patahan/ potensi tanah gerak).

Secara geologi, di wilayah kota Semarang, terdapat formasi batuan/jenis batuan yang berupa lapisan lempung abu-abu kehitaman, yang dikenal dengan Formasi Kalibiuk. Lapisan lempung jenis yang terdapat di sebagian wilayah Semarang ini, diantaranya di sekitar kampung Sekip, kelurahan Jangli, Tembalang, serta di sekitar perumahan Bukit Manyaran Permai, Gunungpati, mempunyai sifat yang mudah mengembang/swelling, apabila terkena air. Ketika tanah ini mengembang, maka volumenya akan menjadi lebih besar. Sehingga akan membutuhkan ruang yang lebih dan akan mendesak tanah sekitarnya. Akibat desakan tanah ini maka bangunan di sekitarnya (rumah atau jalan) akan terdesak, sehingga pondasi dan tembok rumah akan cenderung bergeser. Sedangkan tubuh jalan yang terletak di atas tanah lempung Formasi Kalibiuk ini, akan cenderung menjadi bergelombang. Hal ini banyak terjadi pada saat musim penghujan, akibat tanah lempung yang sering terkena air hujan. Kondisi yang demikian ini tentunya mengakibatkan beaya yang tinggi untuk memperbaiki jalan atau bagian rumah yang terangkat/rusak, sehingga banyak rumah yang akhirnya ditinggal oleh pemiliknya untuk kemudian mencari tempat yang lebih aman.

Kondisi jalan yang dijumpai di perumahan Bukit Manyaran Permai, Gunungpati

 

Kerusakan rumah di Bukit Manyaran Permai, Gunungpati

Sedangkan kerusakan bangunan yang ditengarai akibat adanya struktur geologi, berupa patahan atau sesar, dijumpai di lokasi salah satu perumahan, di kawasan Sekaran, Gunungpati. Perumahan yang berlokasi pada lereng sebuah tebing ini diperkirakan terletak pada bagian suatu patahan/sesar. Suatu lokasi yang dilewati oleh suatu struktur patahan batuan akan cenderung menjadi labil atau mudah bergerak. Terlebih jika terdapat pemicu gerakan, seperti getaran gempabumi atau getaran dari kendaraan yang melintas.

BAGAIMANA SEHARUSNYA?

Pencegahan dini terhadap potensi kerugian fisik dan materi yang lebih besar, sebenarnya dapat dilakukan. Ini dilakukan sejak dari awal pencarian lokasi lahan yang akan digunakan, yakni dengan mencermati kondisi topografi maupun kondisi geologi secara umum, dengan melihat peta geologi yang sudah tersedia. Di dalam peta geologi, tersedia informasi mengenai nama batuan, struktur geologi yang ada, seperti adanya lapisan batuan, retakan batuan, dan sebagainya. Kemudian calon lokasi yang telah di”scan” dari peta geologi, ditinjau di lapangan, dengan mencermati kondisi fisik di permukaan tanah. Adakah gejala tanah retak, bagaimana kemiringan lapisan tanah (jika ada), adakah gejala longsoran tanah, adakah bentuk longsoran kecil menyerupai tapal kuda, adakah tanah lempung berwarna kehitaman, lengket jika terkena air, adakah pohon atau tiang listrik atau telepon yang posisinya miring/tidak tegak lurus, dan sebagainya. Akan lebih baik lagi jika kemudian ditindaklanjuti dengan survai pengamatan kondisi bawah permukaan, seperti untuk mengetahui kedalaman/ketebalan lapisan tanah, mengetahui posisi bidang gelincir lapisan tanah (jika ada), mengetahui kedalaman zona airtanah, dan sebagainya. Kegiatan ini dapat dilakukan misalnya dengan survai geolistrik. Tentunya survai bawah permukaan ini mempunyai konsekuensi terhadap biaya.

Tiang listrik yang miring menjadi gejala gerakan tanah di kampung Sekip, Jangli

          Pengenalan gejala ini sangat penting untuk mengantisipasi atau penanganan awal, tentang apa yang harus dilakukan, seandainya calon lokasi menjadi alternatif utama suatu pilihan. Sehingga dampak kerugian fisik maupun materi dapat dihindari atau ditekan sekecil mungkin.

Artikel ditulis oleh: Dr. Ir. Wahju Krisna Hidajat, MT (Departemen Teknik Geologi FT Undip)